Kecelakaan Jeju Air Diduga Disebabkan oleh Bird Strike, Apa Sebenarnya Itu?

Sebuah peringatan mengenai risiko bird strike (serangan burung) dikeluarkan oleh menara pengawas Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, tepat sebelum pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan fatal. Insiden itu terjadi saat pesawat mencoba mendarat dan disusul dengan berita tentang mayday. Inilah informasi terkait kejadian tragis tersebut:

• Waktu Kejadian: Peringatan bird strike dikeluarkan enam menit sebelum kecelakaan, pada pukul 08.57 pagi waktu setempat. Pilot mengumumkan mayday pada pukul 8:58 pagi, dan kecelakaan terjadi saat pesawat berusaha mendarat tanpa roda pendaratan pada pukul 9:03 pagi.

• Peringatan dan Tindakan: Menara pengawas memberikan peringatan saat pesawat akan mendarat di landasan pacu No 1. Meskipun pilot berusaha untuk mendarat setelah izin untuk arah berlawanan diberikan, pesawat melewati landasan pacu dan akhirnya menabrak dinding.

• Risiko Bird Strike: Tabrakan burung merupakan risiko umum bagi pesawat dan dapat menyebabkan kerusakan serius bahkan kematian, seperti yang terjadi dalam insiden ini. Berbagai jenis burung, termasuk unggas air, camar, dan pemangsa, seringkali bertabrakan dengan pesawat di udara.

• Statistik dan Sejarah: Tabrakan burung bukanlah fenomena baru. Kasus pertama dicatat pada 1905 di AS. Insiden terkenal lainnya termasuk penerbangan 1549 US Airways pada 2009 yang harus mendarat darurat di Sungai Hudson akibat bertabrakan dengan angsa Kanada.

• Faktor Penyebab dan Dampak: Sebagian besar tabrakan burung terjadi di sekitar bandara, terutama saat lepas landas, mendarat, atau pada ketinggian rendah. Dampaknya bergantung pada faktor seperti jenis pesawat dan mesin. Diketahui bahwa 90% insiden terjadi di dekat bandara.

• Tindakan Pencegahan: Otoritas penerbangan sipil di berbagai negara, termasuk produsen pesawat seperti Boeing dan Airbus, menguji keamanan mesin dari serangan burung dengan metode seperti menembakkan ayam beku ke arah mesin. Teknik pencegahan lainnya termasuk penggunaan radar dan manajemen satwa liar di sekitar bandara, seperti penggunaan suara senapan tiruan.

• Korban dan Investigasi: Tragedi ini menelan korban jiwa, dengan sejumlah penumpang yang belum teridentifikasi. Investigasi terus dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan.

• Peringatan bagi Pilot: Pilot dilatih untuk waspada terhadap kemungkinan tabrakan burung, terutama pada pagi hari atau saat matahari terbenam ketika burung aktif bergerak. Meskipun teknologi radar digunakan untuk melacak kawanan burung, belum tersedia secara luas.

• Penekanan pada Keselamatan: Keselamatan penerbangan terus menjadi fokus utama, dengan peneliti dan otoritas berupaya untuk mengurangi risiko tabrakan burung melalui langkah-langkah preventif dan pemantauan yang lebih baik.

Kasus ini sekali lagi mengingatkan akan pentingnya upaya untuk mencegah dan mengelola potensi bahaya dari interaksi pesawat dan satwa liar, termasuk burung, di sekitar area penerbangan.